Jumat, 15 Oktober 2010

Tragedi 9 Oktober

09 oktober 2010-10-11
Hari yang semua bermula dari pengalaman baru. Mulai dari bertatap langsung dengan ketua yayasan setelah setahun mengajar, pulang malam dari mengajar, sampai kecelakaan dan masuk rumah sakit.
Hmmm... nekat. Satu kataa untuk hal yang terjadi hari ini. Bagaimana tidak, jam telah menujjukkan jam5 kami belom juga pulang. Dalam hati hanya ada satu harapan dan doa “Ya Allah selamatkan Kami”. Ini adalah pengalaman pertamaku mengendarai motor sore menjelang petang. Ditengah perjalanan kami terkena badai hujan, deras sekali. Kami sempat berteduh. Isyarat alam sudah ku rasakan waktu itu. Tapi syaiton menggodaku dan menguji adrenalineku. Aku menolak ajakan tulus ibu tersebut. Kamimelanjutkan perjalannan. Kuyub baju dan jaketku waktu itu membuat seluruh badanku gemetar kedinginan. Persendianku terasa beku. Aku pun meminta dek lia untuk mendekapku. Alhamdulillah sedikit berkurang. Dengan inisiatif dek lia untuk terus berbicara agar sedikit hangat, aku pun mengecoh dengan bibir gemetaran. Kami tertawa-tawa kecil dalam perjalanan yang mencekam. Aku melirik speedometer 70Km, angka yang normal dalam perjalanan jauh. Sambil lalu mengklakson, kami menanjak. Waktu turunan, aku melihat seorang gadis berambut panjang diatas sepeda mio, dia ada ditepi kiri dalam keadaan diam. Dia tak menoleh pun tak me-lighting. Jadi agak ketengah aku berniat melanjutkan perjalanan. Tapi ama mau dikata, tiba-tiba “DUAR!!!!”. Si gadis berbaju hitam tadi, tiba-tiba belok kiri menghalangi jalanku. Spontan remku tak bisa menahan sepeda yang ku kendarai. Aku terjungkil dan terseret dan terpental ke tengah jalan.
Kaku, badanku tak bisa digerakkan. Pikiranku kacau. Bagaimana keadaan dek lia, bagaimana keadaan orang yang telah kutabrak, bagaimana keadaan sepeda pinjemanku?
Sakit disekujur tubuhku mulai terasa, tapi pikiranku tetap kacau. Orang telah banyak mengerumuni kami, tapi tak ada yang menolongku. Akumasih dalam keadaan tersadar. Bagaikan komputer waktu booting, aku melakukan pengecekan syaraf dengan keadaan tubuhku. Terutama pada kepala. Aku teringat pada alm. Bang Jalal. Alhamdullah masih konek. Kepalaku masih aman dalm helm. Hanya tangan dan kakiku tak bisa bergerak sedikitpun. Lama aku terkapar, ternyata muncullah bapak-bapak yang baik, seumuran dengan pak lek-ku. Dia bertanya “bagian mana yang sakit, nak?” aku tak menjawab. Dia kemudian membawaku menepi. Setalah beberapa lama ku tak sadarkan diri. Setelah sadar aku telah ada di ruangan pemeriksaan dengan seorang perawat yang siap menusukkan jurusnya. Aku langsung duduk gemetar. “Saya tidak apa-apa. tolong jangan suntik.”. melihaku kemetar ketakutan, suster tadi langsung k korbannya yang selanjutnya. Dek lia jadi sasaran berikutnya. Aku mencari handpohneku. Mati. Aku semakin panik. 3 orang polisi memasuki ruangan. Aku semakin panik. Seorang pemuda memberikan hp-nya. Namu tanganku tak bisa digerakkan. Dia mengerti, dan berkata “siapa yang mau di telpon?” aku menunjuk mbk eva....... next time

Tidak ada komentar: