Sabtu, 19 Desember 2015

Ghazi Putra Pejuang


Lelah dan sakit selama mengandung lenyap seketika saat tangisnya melengking diruang bersalin.

“selamat, mbk. Anaknya laki-laki” kata bidan yang membantu proses persalinanku 30 Januari. Bertepatan dengan mati lampu serentak semadura. Hm.. kebayang g?
melahirkan dengan menggunakan penerangan senter rumahan? Bukan emergency lamp lho ya..

Uhhh, horror. Ketakutanku bertambah saat ingat kalo ada kasus alat bedah dokter yang tertinggal dirahim seorang ibu. Aih.. tapi usai melahirkan dengan runut cerita yang mendebarkan dan terbilang lucu ini ada banyak hal yang bisa kami ambil pelajaran.

Terlebih yang begitu sangat ku yakini adalah Doa orang tua dan orang2 tersayang. Betapa bahagia dan ikut merasakan sakit mereka. Saat prediksi melahirkan 40minggu dari bidan dan dokter meleset 1minggu. Betapa kuatnya motivasi mereka. Padahal aku tau, rasa hawatir dan ketakutan mereka lebih besar disbanding dengan apa yang sedang kurasakan dan kualami.

Hari hari yang begitu pelik karena kehamilan yang 9bulan penuh tak enak rasa. Bayangin aja, ijoe yang begitu periang dan hyperactive menjadi pendiam dan mudah lemas. Dengan tubuh yang kecil, bapak hawatir aku tak kuat untuk ngeden, hehehe.

Sebelum lahirpun aku dan suami sudah komitmen dengan nama Ghazi. Tak peduli apapun jenis kelaminnya. Karena besar harapan kami menjadikan buah hati kami sebgai seorang Ghazi. Seorang lelaki kuat akidah dan fisiknya. Pemberani dan penyayang. Berani dan Santun.

Ghazi, lahir dini hari pada hari jum’at
dengan nama lengkap “Ahmad Ghazi Khairul Hadi”

Tidak ada komentar: